Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Syair-syair Panda MT Siallagan

 
Doa yang Patah

Aku melukis sajadah di matamu, tapi tak selesai. Warna-warna doaku gagal gagal membaca arus yang menderas dari situ. Sembahyangku pecah, terantuk pada batu ragu. Di sungai kasihmu.

Pekanbaru, 2004 
Ilustrasi.

Elegi Sebuah Kamar

Matamu menumpahkan sunyi di lantai. Alirannya memantulkan kenangan ke setiap dinding. Detak jam membacanya dengan lantang, hingga aku terpelanting digempur rindu.

2004
Tersesat di Puisi

Setelah lelah berkelana daei sunyi ke sunyi, kau menyusuri tangis menuju puisi. Tapi jalan yang kau tapaki di atas sungai, selalu menyeret doa-doamu ke lautan lengang.

Dan kau tersesat dalam kerumuman ombak yang bertempiaran dari kata-kata. Kau tak tahu lagi arah pulang.

2004

Sungai Birahi

Karena sungai membingkai wajahmu pada batu-batu, ikan-ikan birahi, mencium aroma senyummu. Dan air memercikkan nafasmu ke mulut lumut, menyulut cumbu maut.

Dan tebing-tebing menggelinjang, pohon-pohon bergetar, daun-daun gugur, hanyut menuju laut. Laut yang menggelombang dalam firman-firmanMu.

2004

Menyetubuhi Sunyi

Sunyi yang mengepung usia, ia susuri. Datang ke hatimu mengendarai lelah sambil terus memeta sejauh apa nafasnya berlayar, seluas apa peluhnya menggenang jadi laut, sesunyi apa mimpinya mengapung.

Dan uban-uban di rambutnya selalu mengibaskan angin, menuntun perahu meski gelombang tak pernah reda di antara tangisan dan dentuman doa-doanya.

Hingga saatnya pun tiba, ia berhenti di dermaga yang mericuh di hatinya. Ia tatap tawamu berkecipak di atas airmatanya, mengepak serupa sayap burung, bercericit serupa pipit di bukit-bukit.

Ia seperti terlempar lagi ke sejarahnya, mendengar siul daun sambil menulis puisi di wajah sungai. Lalu desah batu-batu mengingau tentang percintaan ikan. Dan riak-riak kecil melompat-lompat di matanya, bermain-main dengan angin.

Karena ia ketuk dadamu, kau lihat masa kecilmu berlari-lari di bawah hujan. Tubuhmu telanjang, basah menggoda langit. Sedang menarikah ia dalam jiwamu?

Maka kalian bersiap, menuntaskan perjalanan resah sambil terbuai menyetubuhi sunyi.

2004

* Syair-syair ini pertama kali terbit di Riau Pos, 24 April 2005