Kau Cuma Dengkur, Pencemar Udara Sunyi
Sajak-sajak Panda MT Siallagan
Ilustrasi |
Jadi begitu, ia sobek-sobek bulan itu mencari benang mantera, begitu caranya meluncur ke dasar kabut, mencari butir-butir doa ke benua tengah, menuruni sobekan-sobekan kata yang melilit tunas mimpi di pot bunga yang sunyi. Begitu.
Pematangsiantar 2016
SAJAK PENJARA
sunyi meruncing,
bergasing-gasing jadi puisi
menggergaji jeruji bui:
birahi kita yang rimba
maka pohon-pohon tumbang
hanyut serupa mimpi
di sungai birahi
yang meraung-raung
di dalam jantungmu
dan ketika hasrat menumpuk
di jurang kembara
kubangun jembatan
dengan pahatan luka
kudatang padamu
dengan jiwa menganga
ah, telah pecah benar
nafasku menanti, katamu
dan suaramu menyalakan api
oh kau yang bermain api
harus kulemparkah matahari
ke ranjangmu?
oh kau yang meyeruku datang
haruskah kau kudekap dengan neraka?
tapi aku telah datang padamu
dengan jiwa menganga
tidak cukupkah tangisku
memadamkan kobar luka di kelaminmu?
Pekanbaru, 2004
SAJAK KURSI
Coba tinggalkan otakmu
yang tak bertubuh itu, atau
kuburkan tubuhmu
yang tak punya betis itu.
Kau akan lihat burung-burung
terbang tanpa sayap,
kau akan saksikan
dirimu seperti kursi
tanpa kaki. Coba,
kau akan merasakan dengkulmu
mengunyah otakmu, maka terfirmanlah:
kau cuma dengkur,
pencemar udara sunyi
di malam-malam
yang
j
a
t
u
h
jadi kencing.
Pematangsiantar, 2016