Rindu yang Tumbuh dalam Gerimis
Puisi-puisi Panda MT Siallagan
Rindu yang Tumbuh dalam Gerimis
Akhirnya gerimis merimba juga
di hatiku yang berkabut. Derai
rambutmu menjadi samar kudengar
sebab angin begitu menggigil
seperti tangan beethoven datang
mengelus dengan nada-nada ajaib
kau menari-nari di situ
memahat senyum pada rinai gerimis
tapi aku gagal membaca tubuhmu
kabut menyembunyikan kau di rimba
gerimis yang tubuh di hatiku
2003
Rembulan Pecah di Dada Kami
Kami peram rembulan di dada kami
sebab malam menyuruh iblis
mengeratnya. kami ingin
rembulan bahagia
menikah dengan kekudusan
yang tubuh subur di dada kami
tapi iblis sigap masuk ke dada kami
menanam petir dari doa yang patah
merakit gempa dari shalat yang remuk
rembulan pecah di dada kami
2003
Kami Menjahit Luka dari Mimpi yang Terkoyak
Kami jahit luka menjadi layar
agar mimpi yang terkoyak
berkibar lagi. dan kami
melanjutkan pengembaraan di
laut perjuangan yang patah
kami jahit luka menjadi sayap
agar mimpi yang terkoyak
berkibar lagi. dan kami
terbang membelah angkasa
meninggalkan lembah yang papa
di jalan kami yang perih
kami jahit luka menajadi cahaya
agar mimpi yang terkoyak
bersinar lagi. dan kami
berlari menuju muasal
negeri bermarwah sarat asa
2003
Di Dalam Mimpi Asa Kami Selalu Remuk
karena rumah kami
telah terbang menjadi kabut
tanah kami melayang jadi angin
dan kampung kami
pecah jadi gerimis
kami berlari menyeberangi luka
tidur di kamar
yang ditumbuhi matahari
tapi di situ
cahaya memaku dukacita
ke dalam batang-batang mimpi kami
merakit keranda
dari luka yang kesepian
dan asa kami
digiring menuju kuburan
dan ketika bangun
segala milik kami telah pecah
menjelma kehampaan
2003
* Puisi-puisi ini terbit pertama kali di Riau Pos, 31 Agustus 2003