Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

10 Tahun Perjalanan Toba, Lestarikan Budaya Batak


SolupL - Sebuah acara pameran foto dan peluncuran buku berjudul 10 Tahun Perjalanan Toba digelar di Anjungan Sumut TMII Jakarta, Jumat (11/11/16) malam kemarin. Pameran dan buku itu adalah hasil karya Hasiholan Siahaan.
Suasana diskusi budaya 10 Tahun Perjalan Toba.
Pameran itu berlangsung tiga hari hingga Minggu (13/11). Hasiholan Siahaan selaku wartawan dan fotografer senior tidak sekedar mencatat melalui gambar, tapi sekligus mengangkat eksotisme Tano Toba mulai dari Barus hingga ke Danau Toba. Foto-foto itu tampak seperti untaian renungan-renungan yang mendalam tentang Toba.

Anggota DPRD Medan dari Fraksi Partai Demokrat Hendrik Halamoan Sitompul tampak mengikuti pameran foto dan peluncuran buku tersebut. Usai pameran, ia berharap agar generasi muda etnis Batak Toba di seluruh dunia tetap mencintai serta melestarikan tradisi dan budaya para leluhurnya.

Nilai budaya Batak Toba dan keindahan alam yang selalu menjaga kearifan lokal tetap menakjubkan dunia yang patut dikenang sepanjang masa.

Hendrik Sitompul mengaku, selaku putra Batak Toba yang sukses di perantauan, ia merasa terpanggil akan peduli dengan budaya leluhurnya. “Selaku pribadi, saya ingin agar generasi muda lebih menghargai nilai budaya para leluhur dan kearifan lokal daerahnya di tengah gempuran budaya asing,” harapnya.

Dia mengatakan, apa yang direkam Hasiholan Siahaan baik sebagai wartawan dan fotografer tak semata mencatat tapi membawa audiens masuk ke relung terdalam kekayaan Tano Batak dari ragam sisi kehidupan.

Dia berharap, peluncuran buku berisi 144 foto tentang Toba kiranya dapat menanamkan pemahaman, agar generasi muda semakin mencintai budaya daerahnya masing-masing.

Foto-foto Hasiholan bercerita tentang perubahan, keindahan alam, lingkungan, budaya, prasejarah yang tersisa dari 850 ribu tahun lalu ketika gunung supervolcano Toba meletus. Foto-foto yang dipamerkan yang sangat langka dan luar biasa. Foto-foto tersebut diambil langsung melalui sebuah perjalanan yang selama 2006-2015.

Hinca IP Pandjaitan XIII juga hadir sekaligus tampil sebagai narasumber dalam diskusi bertema Toba the Forgotten Beauty itu. Sebagai pecinta budaya Batak, ia mengatakan bahwa pameran dan buku karya Hasiholan menjadi episentrum untuk mengenal dan memahami orang Batak. (bbs/int)