Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Mengenang Dewi Sartika, Pelopor Pendidikan Wanita Nusantara


SolupL - Dulu pada masa kemerdekaan, penetapan tanggal lahir Kartini sebagai hari besar dan penobatannya sebagai Pahlawan Nasional, juga menuai perdebatan, sebab kebijakan itu dianggap pilih kasih. Nyata memang, Indonesia memiliki wanita-wanita hebat lain melebihi Kartini, sebutlah Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain.
Ilustrasi.
Apakah Kartini mengenal Cut Nyak Dien, Dewi Sartika, Cut Nyak Dhien, Martha Christina Tiahahu, dan lain-lain? Mengapa Mengapa Kartini tidak menulis surat kepada perempuan-perempuan pejuang nusantara pada masa itu? Tapi kita tidak hendak membahas itu.

Kita hanya ingin mengingatkan bahwa hari ini tanggal 4 Desember adalah ulang tahun Dewi Sartika ke-132. Bangsa Indonesia seolah lupa, tapi Google merayakannya.

Dewi Sartika lahir di Bandung pada 4 Desember 1884. Dia dianugerahi gelar Pahlawan Nasional pada tahun 1966 karena jasa-jasanya memajukan pendidikan pada kaum wanita di Indonesia pada masanya.

Google Indonesia pun memajang doodle yang menggambarkan sosok Dewi Sartika bersama enam gadis kecil. Mereka semua memakai kebaya. Tampak Dewi Sartika sedang mengajar keenam murid perempuan mungil tersebut.

Jika doodle tersebut diklik, langsung muncullah beragam informasi mengenai Dewi Sartika. Ia adalah pahlawan dan inspirasi bagi kaum wanita, seperti sosok Kartini.

Orang tuanya adalah kalangan bangsawan, Raden Somanagara dan Raden Ayu Rajapermas. Meski bertentangan dengan adat pada waktu itu, Dewi Sartika sempat mengenyam pendidikan di sekolah yang didirikan Belanda. Ia pun tergerak memajukan kaum wanita.

Pada 16 Januari 1904, dia mendirikan sebuah sekolah untuk kaum perempuan bernama Sekolah Isteri di Bandung. Sekolah tersebut kemudian berganti nama menjadi Sekolah Kaoetamaan Isteri.

Sekolah tersebut cepat berkembang dan pada 1912, ada sekitar sembilan Sekolah Kaoetamaan Isteri yang tersebar di beberapa wilayah di Jawa Barat. Tahun 1924, sekolah itu berganti nama menjadi Sekolah Raden Dewi. Dewi Sartika meninggal dunia pada tahun 1947.

Keluarga pun berharap hari lahir Raden Dewi Sartika tiap 4 Desember diperingati secara nasional seperti Raden Ajeng Kartini. Hingga kini peringatan hari lahir pejuang emansipasi wanita itu dirayakan secara lokal di Jawa Barat saja, tempat kelahirannya.

"Beliau (Dewi Sartika) dan Kartini sama-sama perintis emansipasi wanita. Tetapi hanya Kartini yang diperingati secara nasional, sehingga Dewi Sartika kurang dikenal," kata cucu menantu Dewi Sartika Deddy Rukadi di SMP Dewi Sartika, Jalan Kautamaan Istri, Minggu (4/12/16).

Menurutnya, dukungan pemerintah pusat agar hari lahir sang pahlawan nasional dirayakan oleh segenap bangsa Indonesia masih kurang. "Selama ini kami tidak menunggu pemerintah (pusat), tapi merayakan secara mandiri dengan bantuan Pemkot Bandung dan masyarakat Tatar Sunda," terang Deddy.

Dengan dirayakan secara nasional, kata Deddy, Dewi Sartika sebagai perempuan yang menginginkan kesetaraan pendidikan bagi kaum hawa, bisa dikenal masyarakat luas.

"Bidang pendidikan yang akan kami tonjolkan untuk generasi penerus dari sosok Raden Dewi Sartika yaitu cageur, bageur, pinter, wanter (sehat, baik, pintar, berani)," sebut Deddy.

Kabid Kepemudaan Dinas Pemuda Olahraga (Dispora) Kota Bandung Sony Teguh Prasetya menyebut Dewi Sartika dan Kartini sama-sama pejuang wanita. Untuk itu tidak ada salahnya hari lahir Dewi Sartika juga dirayakan secara nasional.

"Dua pahlawan nasional emansipasi wanita itu Ibu Kartini dan Dewi Sartika. Ini harus menjadi milik seluruh rakyat Indonesia. Harapannya perlu ada hari Dewi Sartika juga nantinya," ungkap Sony. (bbs/int)

Baca Juga: Mengenang Gagasan-gagasan Indah RA Kartini