Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Heboh! Batu Hobon Terbelah


Sebuah kabar mengejutkan menghebohkan jejaring sosial: Batu Hobon Terbelah. Batu Hobon merupakan situs sakral yang diagungkan oleh bangsa Batak sejak zaman lampau dan dianggap sebagai sebuah keajaiban. Batu ini terletak di Sianjurmula-mula, Pulau Samosir.

Batu Hobon.
Kabar menggegerkan ini pertaa kali diunggah di dinding (wall) akun Facebook Enni Martalena Pasaribu. Mengetahui informasi itu, tokoh Batak bernama Monang Naipospos mengaku terkejut. Namun Monang mengaku belum tahu apakah kabar itu benar atau tidak. Jika kabar itu benar, Monang meminta masyarakat Batak bersatu.

"Saya belum tahu. Saya meminta kepada kita semua untuk menonjolkan spirit Batak dan hal-hal yang melestarikan budaya Batak. Tak hanya batu saja," ujar Monang seperti dikutip salah satu media, Sabtu (29/10).

Jika benar dilakukan pemugaran Batu Hobon, Monang menyesalkan hal itu. Menurutnya, untuk menjaga kealamian, Batu Hobon seharusnya tak dipugar. "Bingung, kenapa mendapat sorotan berlebihan. Kan ada sisi-sisi yang harus terbuka luas ke langit. Kedua, masih banyak spirit Batak yang bisa ditonjolkan selain Batu Hobon. Tapi malah ditinggal," katanya.

Enni Pasaribu, sang pengunggah perdana foto terbelahnya Batu Hobon menulis di dinding akun Facebook-nya:

Renovasi atau pemugaran? Situs bersejarah Batu Hobon di sianjur mula-mula kab. Samosir milik keturunan Op Guru Tatea Bulan yg berusia ribuan tahun . Seperti terlihat digambar batu sudah terbelah dalam mengerjakan proyek ini apakah sudah ada musyawarah ? Siapa yg bertanggungjawab atas ini ? Seharusnya dijaga keasliannya. Sedih melihatnya.

Saat dihubungi, Enni mengatakan bahwa foto diperoleh dari keluarganya di Samosir. Ia menjelaskan, hancurnya Batu Hobon terjadi karena proses renovasi yang tak terencana dengan baik. Ia mengatakan bahwa proses renovasi tak pernah meminta izin dengan keturunan Guru Tatea Bulan.

"Tidak ada musyawarah kepada keturunan Guru Tatea Bulan. Saya sudah berdiskusi dengan ketua Guru Tatea Bulan ND Malau, dan Ketua Pomparan Sariburaja S Pasaribu. Kami meminta ini dihentikan," kata Enni.

Tak hanya itu, ia juga meminta pihak yang melakukan renovasi agar bertanggungjawab. "Kami tidak Terima, saya juga selaku Boru Sariburaja tidak terima. Keasliannya sudah dihilangkan," sambungnya.

Disinggung mengenai pelaku renovasi, Enni tak mengetahui pasti. Namun ia menyebutkan bahwa Pemerintah Kabupaten Samosir mengetahui hal ini.
"Tidak tahu pasti, tapi saya yakin Pemkab Samosir tahu. Siapapun kami minta sekali lagi hentikan proses ini," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Batu Hobon merupakan warisan budaya bagi masyarakat Suku Batak. Batu Hobon diriwayatkan sebagai tempat bermukimnya Raja Batak. Konon, para tetua adat dan orangtua Suku Batak pula bahwa Batu Hobon konon merupakan karya cipta Raja Uti, cucu Si Raja Batak dari anak pertamanya, Guru Tatea Bulan.

Berbagai sumber menyatakan, Batu Hobon (Peti Batu) tempat penyimpanan barang-barang pusaka Batak seperti gondang saparangguan (seperangkat gendang Batak), Pagar (ramuan penangkal penyakit), hujur sumba baho (tombak bertuah), piso solom Debata (pedang bertuah),  pungga Haomasan (Batu Gosok Emas),  tintin Sipajadi-jadi (Cincin Ajaib), tawar Sipagabang-abang, Sipagubung-ubung, Sipangolu na Mate, Siparata Naung Busuk (Obat yang mampu menghidupkan yang sudah mati, serta menyegarkan kembali yang telah busuk) dll.

Menurut sumber lain, sudah tiga kali orang berusaha membuka Batu Hobon ini namun semuanya gagal, dan orang yang berusaha membuka itupun serta merta mendapat bala dan meninggal dunia.

Foto Batu Hobon terbelah yang beredar di medsos.
Dikisahkan, pada zaman penjajahan Belanda, ada seorang pejabat Pemerintah Belanda dari Pangururan, berusaha untuk membuka batu Hobon, dia berangkat membawa dinamit dan peralatan lain, serta beberapa orang personil. Saat mereka mempersiapkan alat-alat untuk meledakkan Batu Hobon itu dengan tiba-tiba datanglah hujan panas yang sangat lebat, disertai angin yang sangat kencang, serta petir dan guntur yang sambung menyambung, dan tiba-tiba mereka melihat ditempat itu ada ular yang sangat besar dan pada saat itu juga ada berkas cahaya (sinar) seperti tembakan sinar laser dari langit tepat keatas Batu Hobon itu, maka orang Belanda itu tiba-tiba pingsan, sehingga dia harus di tandu ke Pangururan, dan setelah sampai Pangururan dia pun meninggal dunia.

Kemudian, pada masa pemberotakan PRRI, tersebutlah seorang tentara berusaha membuka Batu Hobon ini, menembaki Batu Hobon itu dengan senapan, tetapi sampai habis persediaan pelurunya Batu Hobon itu tidak mengalami kerusakan apa-apa, bahkan si Tentara itu menjadi gila dan dia menjadi ketakutan dia berjalan sambil berputar-putar, serta menembaki sekelilingnya, walaupun peluru senapannya sudah kosong, dan tidak berapa lama, si Tentara itupun meninggal dunia.

Demikianlah antara lain kisah tentang Batu Hobon. Konon, setelah Saribu Raja menyimpan harta Pusaka ke dalam Batu Hobon, maka berangkatlah dia bersama si Boru Pareme mengembara ke hutan rimba raya hingga mereka sampai di Ulu Darat dan disanalah si Boru Pareme tinggal, hingga lahir anaknya yang diberi nama Raja Lontung. (berbagaisumber/int)